Jumat, 01 Juli 2011

Program komoditas unggulan pedesaan dipacu

 
Kementerian Negara
Koperasi dan UKM
 
   
Alamat:
Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah
Jl. H.R. Rasuna Said
Kav. 3-5 Kuningan
Jakarta 12940
 
   


JAKARTA: Menteri Koperasi dan UKM menegaskan program one village one product (OVOP) yang dikembangkan di Indonesia, diprogramkan secara optimal dengan mengusung setidaknya satu produk dari setiap desa.
Program yang diadopsi dari sistem pengembangan agrobisnis dari Jepang ini bahkan menjadi prioritas pada instansi tersebut. Ini disebabkan OVOP memiliki potensi besar mengangkat komoditas unggulan dari setiap desa sesuaui filosofi OVOP.

”Agenda kami hingga 2014, pada setiap desa harus lahir produk yang memiliki nilai tambah dan daya saing, sehingga revenue bagi daerah bersangkutan bisa bertambah,” ujarnya, hari ini.
Untuk menjalankan program OVOP, pemerintah hanya melakukan fasilitasi. Adapun pembiayaan dan peningkatan kinerja, diserahkan kepada pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota masing-masing.

Hingga saat ini jumlah provinsi yang diketahui telah resmi mengajukan agar Kementerian Koperasi dan UKM memfasilitasi pengembangan program tersebut, sekitar 15-20 provinsi. Namun, Sjarifuddin optimistis provinsi lain akan mengikuti jejak daerah yang menyatakan berminat mengembangkan program itu.

”Fasilitas yang akan kami berikan, a.l. pembinaan teknis, program serta pemasaran produk yang mereka hasilkan. Sebab, salah satu kunci keberhasilan dari program itu adalah pemasarannya,” tukas Sjarifuddin Hasan.
Dalam agenda kerja instansi tersebut, program OVOP sedikitnya akan dikembangkan 100 titik di setiap daerah. Saat ini daerah yang sudah memanfaatkan program tersebut masih berada di kawasan pulau Jawa, Bali, dan Bengkulu.

I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya KUMKM Kementerian Koperasi dan UKM selaku pejabat yang bertugas mengembangkan program OVOP, menambahkan kendala untuk mengoptimalkan program itu bersumber dari daerah.

”Perlu kami sampaikan bahwa program 100 titik tersebut hingga periode 2010, bukan untuk tahun ini saja. Secara umum di setiap daerah sudah dikembangkan OVOP, namun intensitasnya masih berbeda,” ujarnya.

Pada pekan lalu pemerintah kota Bengkulu secara resmi menjalankan program OVOP dengan komoditas jeruk kalamansi. Jeruk ini diangkat masuk OVOP, karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan jeruk lain.

Menurut Wayan Dipta, kandungan vitaminin C-nya lebih tinggi disertai kalsium seimbang. Animo masyarakat mengkonsumsi jeruk kalamansi yang dikembangkan dalam bentuk sirup, sangat besar karena kesegarannya sangat menonjol.

”Hanya perlu dukungan promosi, karena pasarnya ternyata sangat terbuka ke Amerika Serikat maupun China. Ini disebabkan rasa asamnya yang sangat khas,” ujar Wayan.

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=542:program-komoditas-unggulan-pedesaan-dipacu&catid=50:bind-berita&Itemid=97







Tidak ada komentar:

Posting Komentar